Taufiq Ismail
Langit akhlak
telah roboh di atas negeri
Karena akhlak
roboh, hukum tak tegak berdiri
Karena hukum tak
tegak, semua jadi begini
Negeriku sesak
adegan tipu-menipu
Bergerak ke kiri,
dengan maling kebentur aku
Bergerak ke
kanan, dengan perampok ketabrak aku
Bergerak ke
belakang, dengan pencopet kesandung aku
Bergerak ke
depan, dengan penipu ketanggor aku
Bergerak ke atas,
di kaki pemeras tergilas aku
Kapal laut
bertenggelaman, kapal udara berjatuhan
Gempa bumi,
banjir, tanah longsor dan orang kelaparan
Kemarau panjang,
kebakaran hutan berbulan-bulan
Jutaan hektar
jadi jerebu abu-abu berkepulan
Bumiku demam
berat, menggigilkan air lautan
Beribu pencari
nafkah dengan kapal dipulangkan
Penyakit kelamin
meruyak tak tersembuhkan
Penyakit nyamuk
membunuh bagai ejekan
Berjuta belalang
menyerang lahan pertanian
Bumiku demam
berat, menggigilkan air lautan
Lalu berceceran
darah, berkepulan asap dan berkobaran api
Empat syuhada
melesat ke langit dari bumi Trisakti
Gemuruh langkah,
simaklah, di seluruh negeri
Beribu bangunan
roboh, dijarah dalam huru-hara ini
Dengar jeritan
beratus orang berlarian dikunyah api
Mereka
hangus-arang, siapa dapat mengenal lagi
Bumiku sakit
berat, dengarlah angin menangis sendiri
Kukenangkan tahun
‘47 lama aku jalan di Ambarawa dan Salatiga
Balik kujalani
Clash I di Jawa, Clash II di Bukittinggi
Kuingat-ingat
pemboman Sekutu dan Belanda seantero negeri
Seluruh korban
empat tahun revolusi
Dengan Mei ‘98
jauh beda, jauh kalah ngeri
Aku termangu
mengenang ini
Bumiku sakit
berat, dengarlah angin menangis sendiri
Ada burung
merpati sore melayang
Adakah desingnya
kau dengar sekarang
Ke daun
telingaku, jari Tuhan memberi jentikan
Ke ulu hatiku,
ngilu tertikam cobaan
Di aorta
jantungku, musibah bersimbah darah
Di cabang tangkai
paru-paruku, kutuk mencekik nafasku
Tapi apakah sah
sudah, ini murkaMu?
Ada burung
merpati sore melayang
Adakah desingnya
kau dengar sekarang
1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar